PETA KONSEP TEORI BERPIKIR/ BELAJAR SISWA
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Learning Trajectory oleh Prof. Marsigit
Disusun
oleh :
Titi Suryansah (14712259011)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2015
1. Mereview
berbagai macam teori belajar/ alur piker siswa
A.
BEHAVIORISM
THEORY
Tokoh
yang terkenal dari teori behaviorism antara lain Thorndike, Skinner, Pavlov,
Bandura dan Watson. Teori ini mengandung arti bahwa belajar dapat berkembang
jika selalu berinteraksi dengan lingkungan. Teori behaviorism menekankan pada
teoori tentang tingkah laku manusia. Perilaku menurut pendekatan ini ialah
hal-hal yang berubah dan dapat diamati.
Proses
belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok, yaitu stimulus, respon, dan
akibat. Stimulus adalah sesuatu yang datang dari lingkungan yang dapat
membangkitkan respon individu. Respon menimbulkan perilaku jawaban atas
stimulus. Sedangkan akibat adalah sesuatu yang terjadi setelah individu
merespon baik yang bersifat positif maupun negatif. Reinforcement (penguatan)
menjadi prinsip utama dalam memperkuat hasil belajar pada diri setiap individu.
Reinforcement sendiri memiliki dua jenis, yakni reinforcemen positif yang biasa
disebut reward dan reinforcement yang bersifat negative yang biasa disebut
punishment.
Beberapa
prinsip dalam teori belajar behavioristik,
meliputi: (1) Reinforcement (Reward and Punishment; (2) Primary and Secondary
Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5)
Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses
Contoh
penerapan:
Jika
guru mampu menerapkan pembelajaran yang menarik dan berusaha memberikan
fasilitas kepada siswanya tentu siswa akan memberikan tanggapan yang positif.
Tanggapan positif tadi bisa berupa perhatian, rasa senang mengikuti pembelajaran,
tertarik, keinginan untuk terus mengikuti setiap pembelajaran yang dilaksanakan
gurunya, dll.
Guru
hendaknya memberikan reinforcement pada perilaku atau suatu hal yang dilakuakan
oleh siswa. Misalkan saja saat siswa melakukan kesalahan yakni tidak mengerjakan
PR. Guru bisa memberikan hukuman, misalkan keluar kelas. Dengan pemberian
reinforcement negative (punishment) maka siswa akan tahu bahwa apa yang
dilakukannya tidak benar dan kedepannya siswa akan berusaha tidak mengulanginya
kembali.
Contoh
lain yakni ketika saya dulu SMU, guru Bahasa Jerman saya Ibu Tripi Ganesha
selalu memberikan coklat silver queen sebagai bentuk reward kepada semua siswa
yang mendapatkan nilai 10 saat ulangan harian. Dengan pemberian hadiah tersebut
siswa yang sudah pernah mendapatkan silver queen akan berusaha terus supaya
ulangan berikutnya mendapatkan hadiah yang sama. Apa yang dilakukan Bu Tripi
mampu memberikan motivasi kepada siswa lain yang belum mendapatkan 10 termasuk
saya untuk terus belajar dan berusaha mendapatkan nilai 10.
B.
SOCIAL
KOGNITIVE THEORY
Teori
kognitif sosial diperkenalkan oleh Albert Bandura. Teori ini memiliki sifat
natural atau alamiah serta lebih menekankan pada pengamatan bukan pengalaman. Kita
lebih mengenalnya dengan sebutan modeling. Teori ini berkaitan dengan proses
dan hasil belajar. Tiga unsur yang ada mempengaruhi proses belajar dalam teori
ini, yakni:
1. Person
(orang yang melakukan proses belajar)
2. Behavior
(tingkah laku), dan
3. Situation
(kondisi, bisa termasuk lingkungan)
Penekanan
dari teori kognitif sosial tadi yakni unsure modeling. Jadi pengamatan menjadi
hal yang utama sebagai cara untuk mencari contoh atau sesuatu yang bisa
digunakannya untuk inspirasi bagi dirinya yang kemudian dia pahami dan bisa
ditiru sehingga memunculkan perilaku seperti yang diharapkan.
Bandura
juga menyampaikan bahwa seseorang akan merasa bosan untuk belajar tatkala hanya
mengandalkan coba-coba saja tanpa adanya suatu bentuk model yang mampu
memunculkan sebuah inspirasi baginya.
Albert
Bandura juga mengenalkan Self Efficacy, yakni sebagai bentuk penilaian
seseorang tentang kemampuan sendiri untuk melakukan suatu tindakan berhasil.
Self Efficacy mampu memberikan ketahanan diri yang baik sehingga pelaku belajar
akan pantang menyerah meskipun banyak sekali tantangan yang harus dihadapi.
Contoh
penerapannya:
Pengalaman
yang saya alami yakni ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar, saya menyukai
dengan guru IPA di sekolah saya. Namanya Bu Wati. Beliau guru yang
menyenangkan. Beliau sering malakukan berbagai percobaan dan melakukan variasi
pembelajaran. Bu Wati juga menjaga kedekatan dengan siswa-siswanya, termasuk
saya. Saya sangat mengidolakan beliau dari SD. Sejak saat itu saya mulai
terinspirasi untuk menjadi seorang guru seperti beliau. Dari inspirasi yang
saya dapatkan saya terus berusaha supaya bisa masuk sekolah jurusan keguruan.
Saya terus belajar supaya bisa meraih cita-cita yang saya impikan, yakni
menjadi guru seperti Bu Wati. Dengan perjuangan yang sangat berat Alhamdulillah
harapan saya terwujud. Saya sekarang bisa menjadi seorang guru SD. Terkadang
saya juga teringat gaya mengajar Bu Wati yang sering saya tiru dengan harapan
mampu mendekatkan hubungan guru dengan siswa. Ternyata teori yang disampaikan
oleh Bandura memang terbukti. Model mampu merubah tingkah laku seseorang supaya
mau berusaha untuk mengikuti apa atau siapa yang menjadi modelnya.
C. COGNITIVE INFORMATION PROCESSING
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif
tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menekankan pentingnya proses-proses
kognitif, seperti persepsi, seleksi perhatian, memori, dan strategi kognitif.
Teori pemrosesan informasi didasarkan pada tiga asumsi umum, yakni: pikiran
dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi,
individu-individu memproses informasi dari lingkungan, dan adanya keterbatasan
pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan asumsi di atas dapat dipahami bahwa teori
pemrosesan informasi lebih menekankan pada bagaimana individu memproses
informasi tentang dunia mereka bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran,
bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil
kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti memcahkan
masalah dan berfikir.
Tokoh dalam teori ini diantaranya Piaget dan Gagne. Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan
dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.
Proses
belajar pada teori pemrosesan informasi yaitu sebagai berikut:
1.
Rangsangan
yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan dikenal sebagai informasi.
2.
Informasi
dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam memori
jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3.
Memori-memori
ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali
setelah dilakukan pengolahan.
D. MEANINGFUL LEARNING THEORY
David
Ausubel adalah salah satu contoh tokoh dalam meaningful learning (pembelajaran
bermakna). Dia mengklasifikasikan belajar ke dalam dua dimensi, yang pertama
yaitu: informasi siswa dimana siswa memperoleh informasi melalui penerimaan
atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan
informasi yang diperolehnya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Jika
siswa hanya menerima informasi baru tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang
sudah dimilikinya saat itulah terjadi belajar hapalan. Namun, saat siswa mampu
mengolah informasi yang didapatnya kemudian mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya itulah yang
disebut dengan belajar bermakna.
Menurut
Ausubel ada factor yang mempengaruhi kebermaknaan suatu pembelajaran, antara
lain: struktur kognitif yang sudah ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sebagai guru
hendaknya kita mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna. Dengan begitu
siswa akan lebih mudah mengingat, memahami, dan mengerti dengan apa yang
dipelajarinya. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan guna menciptakan jenis
pembelajaran yang bermakna, seperti: menghubungkan konsep satu dengan konsep
yang lain, melakukan penelitian sebagai bentuk pembuktian dari teori yang telah
dipelajari sebelumnya, berkunjung atau pengamatan langsung terhadap suatu
obyek, misalkan: pasar, warung, kandang hewan, dll.
Contoh
penerapannya:
Saat
kita mengajar di kelas tentang menjumlahkan bilangan dua angka. Kemampuan
penjumlahan bilangan tersebut akan lebih bermakna jika siswa tersebut sudah
paham konsep penjumlahan satu angka. Konsep penjumlahan dua angka sebagai
informasi baru akan dikaitkan dengan konsep penjumlahan satu angka yang sudah
dikuasainya.
E.
DEVELOPMENTAL
APPROACH
Berdasarkan
teori perkembangan cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak.
Proses kognitif turut ambil bagian selama proses belajar berlangsung. Tahap
perkembangan kognitif individu menjadi pertimbangan utama berlangsungnya proses
belajar, karena aliran ini meyakini adanya tahap-tahap perkembangan kognitif
individu yang sesuai dengan usianya.
Salah
satu ilmuwan yang melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif individu
adalah Jean Piaget. Hipotesis Piaget dirumuskan bahwa setiap tahap perkembangan
terjadi secara berurutan dan tidak ada tahap bisa terlewatkan. Sayarat utama
terjadinya perkembangan yaitu:
1.
Asimilasi, memasukkan struktur logis
baru / skema ke yang sudah ada bahwa kita kemudian berlaku untuk dunia di
sekitar kita.
2.
Akomodasi, memodifikasi strultur logis
atau skema untuk kesepakatan yang lebih baik dengan lingkungan.
3.
Egosentrisme, kegagalan untuk memahami
bagaimana titik orang lain pandang mungkin berbeda dari mereka sendiri.
Berdasarkan
hasil penelitiannya, Piaget membagi proses perkembangan ke dalam empat tahapan,
yaitu:
1.
Periode Sensorimotor (0 – 2 th)
Periode ini ditandai dengan penggunaan
sensori motorik yang intensif terhadap dunia di sekitarnya. Prestasi yang
dicapai dalam periode ini adalah perkembangan bahasa, hubungan tentang objek,
kerangka berfikir, pembentukan pengertian, dan pengenalan hubungan sebab
akibat. Contoh perilaku kognitif yang tampak pada tahap ini adalah menyadari
dirinya berbeda dari benda di sekitarnya, mampu mendefinisikan objek/ benda
dengan memanipulasinya, mulai memahami ketepatan makna suatu objek yang
posisinya berubah-ubah, dll.
2.
Periode Praoperasional (2 – 7 th )
Periode ini anak-anak menggunakan symbol
untuk mewakili tahapan sebelumnya menemukan. Bahasa, memori, melakukan koleksi
benda berdasarkan suatu cirri tertentu dan menyusunnya, dll.
3.
Periode Operasional Konkret (7 – 11 th )
Tiga kemampuan dan kecakapan baru yang
menandai periode ini adalah mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan.
Perilaku kognitif yang tamapak pada periode ini ialah kemampuan dalam proses
berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat
dengan objek-objek yang bersifat konkret.
4.
Periode Operasional Formal (11th
– dewasa )
Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika format yang tidak terikat lagi oleh
objek-objek yang bersifat konkret. Perilaku kognitif yang tampak antara lain:
kemampuan berpikir hipotetik-deduktif, mengembangkan suatu kemungkinan,
kemampuan menarik generalisasi dan inferensi dari berbagai kategori objek yang
beragam, dll.
Contoh
penerapannya:
Pada
tahap operasional konkret sebagain besar berada pada masa Sekolah Dasar. Pada
tahap ini guru menyesuaikan bentuk pembelajaran yang mana lebih banyak
menggunakan benda-benda konkret dalam melakukan pembelajaran. Hal dimaksudkan
supaya sesuai dengan tahap perkembangan siswa sehingga penanaman konsep mampu
dipahami siswa secara mendalam.
Selain
Piaget, Bruner juga merupakan tokoh pendekatan perkembangan karena menurutnya
siswa memiliki tahapan dalam melakukan proses belajar. Seperti yang disampaikan
dalam teori representation and discovery learning bahwa tahapan belajar siswa
menurut Bruner adalah tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
F.
SOCIAL
FORMATION THEORY
Teori
yang pertama kali dikembangkan tentang teori ini adalah tahun 1920 yang dikenal
dengan teori aktivitas. Teori ini berbunyai bahwa ketika individu berinteraksi
dengan lingkungan mereka kemudian mereka menyibukkan diri dengan produksi dan
menggunakan alat-alat untuk mendapatkan hasil. Alat ini exteriorized bentuk
proses mental dan sebagai proses mental ini berubah menjadi alat, mereka
menjadi mudah diakses dan menular pada orang lain. Hasil akhirnya adalah bahwa
dasar interaksi sosial didukung oleh criteria eksternal.
Tokoh
dari teori ini antara lain: Vygotsky, Luria, Alexei Nikolaevich, dan Yrjo
Engestrom. Awalnya pendekatan interaksi ini hanya menekankan pada interaksi
dengan lingkungan yakni benda-benda atau
artefak di sekitarnya.
Kegiatan
Teori Model
Kegiatan
teori mengusulkan model yang berbeda untuk menjelaskan bagaimana kegiatan yang
dilakukan. Model pertama dikenalkan oleh Vygotsky. Dia menjelaskan bahwa alat
yang digunakan untuk menengahi antara subjek dan objek atau tujuan kegiatan.
Kegiatan selesai dalam rangka untuk mencapai yang diinginkan hasil.
Seiring
berjalannya waktu, Engestrom mengembangkan teori dasar dari Vygotsky. Generasi
kedua ini mengambangkan komponen interaksi yang mana tidak hanya sekedar
lingkungan dan benda-benda saja namun mencakup masyarakat, aturan, serta
pembagian kerja. Model ini menggambarkan bagaimana pengaruh sosial baru
berhubungan satu sama lain.
Berdasarkan
gambar di atas terlihat bahwa subjek terkait dengan pembagian kerja. Tanpa
variable tambahan, masyarakat, subyek tidak mampu membagi tugas agar tujuan
yang akan dicapai. Aturan tidak akan berlaku untuk individu tanpa membuat
masyarakat yakin bahwa mereka diikuti.
G. REPRESENTATION AND DISCOVERY LEARNING
Salah
satu tokoh dari teori ini adalah Jerome Bruner. Bruner mengenalkan tiga mode
representasi yakni keyakinanya pada belajar, bahasa, dan belajar penemuan.
Bruner memegang keyakinan berikut mengenaui pembelajaran dan pendidikan:
1.
Dia percaya kurikulum harus mendorong
pengembangan kemampuan memecahkan masalah melalui proses penyelidikan dan
penemuan.
2.
Dia percaya bahwa materi pelajaran harus
terwakili dalam hal cara anak memandang dunia.
3.
Kurikulum yang harus dirancang
sedemikian rupa sehingga penguasaan keterampilan mengarah ke penguasaan yang
lebih kuat.
4.
Dia menganjurkan mengajar dengan
mengadakan konsep dan belajar dengan penemuan.
5.
Akhirnya ia percaya budayaharus
membentuk pengertian dimana orang
mengatur pandangan mereka tentang diri mereka sendiri dan orang lain dan dunia
dimana mereka tinggal.
Jerome
Bruner mengenalkan tiga tahapan representatif kognitif, yaitu:
1.
Enaktif, representasi pengetahuan
melalui tindakan. Tahap ini melibatkan encoding dan penyimpanan informasi. Ada
manipulasi langsung objek tanpa representasi internal dari objek.
2.
Ikonik, ringkasan visual gambar. Tahap
ini muncul dari anak umur 1 – 6 tahun. Tahap ini melibatkan representasi
internal objek eksternal secara visual dalam bentuk gambar ikon.
3.
Simbolik, penggunaan kata-kata dan
symbol lain untuk menggambarkan pengalaman. Tahap ini pada umur tujuh tahun ke
atas. Tahap ini informasi disimpan dalam bentuk kode atau symbol seperti
bahasa. Setiap symbol memiliki hubungan yang tetap dengan sesuatu yang
diwakilinya.
Bruner
mempercayai bahwa proses pembelajaran melalui tahap-tahapan di atas. Bruner
juga percaya bahwa pembelajaran harus dimulai dari manipulasi langsung objek.
Konsep pembelajaran penemuan menunjukkan bahwa siswa membangun pengetahuan
sendiri untuk diri mereka sendiri dengan menemukan. Menurut Bruner, guru harus
memfasilitasi proses pembelajaran dengan mengembangkan pembelajaran yang
menyediakan pelajar dengan informasi yang mereka butuhkan tanpa mengorganisir
untuk mereka. Gagasan pembelajaran penemuan sering disebut sebagai
konstruktivisme, yang menekankan peran aktif pelajar dalam membangun pemahaman.
H. CONSTRUCTIVIST APPROACH
Pendekatan
konstruktivistik adalah sebuah pendekatan yang menekankan bahwa belajar sebagai
sebuah proses membangun pengetahuan dan keterampilan berdasarkan fakta atau
pengalamannya sendiri. Pendekatan ini mempelajari tentang bagaimana orang
belajar, yang mana meliputi behaviorisme dan teori kognitif. Jadi pembelajaran
dengan pendekatan ini tidak hanya sekedar menghafal saja. Namun yang terpenting
adalah proses mengkonstruk pengetahuan tersebut. Siswa dituntut untuk aktif dan
kreatif supaya bisa mengembangkan pendekatan ini.
Tiga
tokoh terkenal yang mengembangkan pendekatan konstruktivistik yaitu Bruner,
Piaget, dan Vygotsky. Menurut Bruner menekankan bahwa belajar adalah sebuah
proses penemuan. Dalam teorinya Bruner dapat kita simpulkan bahwa pentingnya
guru dalam membantu siswa supaya mampu
memahami apa yang ia pelajari serta siswa dapat terlibat secara aktif sehingga
mampu menemukan pengetahuan atau pengalamannya sendiri.
Piaget
menyampaikan bahwa anak memiliki sikap rasa ingin tahu dan akan terus berusaha
memahami dunianya. Pengetahuan yang dimiliki anak akan terus bertambah seiring
dengan bertambahnya usia semakin banyak pengalaman yang didapatkannya.
Selanjutnya Vygotsky menjelaskan bahwa pengetahuan anak akan bertambah saat
berhadapan dengan pengalaman dan pengetahuan baru. Dalam mendapatkan
pengetahuan baru anak berusaha mengaitakn pengetahuan lama dengan pengetahuan
yang baru ia dapatkan, kemudia anak membangun pengertian barunya.
Sebagai
seorang guru hendaknya kita mampu menerapkan jenis pendekatan ini karena siswa
akan terlatih untuk membuat suatu system pemikiran sehingga mampu mengonsep
pengetahuan sesuai dengan pikirannya. Guru harus mampu mengarahkan jika ada
kesalahan siswa dalam mengonstruk suatu pengetahuannya. Guru hendaknya mampu
memfasilitasi siswa sehingga siswa bisa mengembangkan kreatifitas dan
keaktifannya demi pengetahuan yang sebenarnya.
Contoh
penerapannya:
Bentuk
penerapan pendekatan konstruktivistik yakni dengan mengajak siswa untuk belajar
di luar kelas setelah sebelumnya ditanamkan sebuah konsep. Misalkan saja saat
mempelajari nama-nama hewan dan bunga di kelas I, guru bisa mengajaknya
keliling sekolah untuk melihat dan menunjukkan bunga-bunga berdasarkan nama
yang dikenalkan gurunya waktu di dalam kelas. Untuk melihat hewan, guru bisa
mengajak siswa untuk pergi ke kandang hewan milik tetangga sekolah. Dengan
pembelajaran yang demikian diharapkan siswa mampu mengkonstruk pengetahuannya
sendiri tentang cirri-ciri bunga atau hewan berdasarkan pengamatannya.
I. SOCIAL APPROACH
Dari
namanya saja sudah bisa kita tebak bahwa jenis pendekatan ini lebih menekankan
pentingnya berinteraksi dalam suatu pembelajaran. Melalui interaksi dengan
orang lain diharapkan mampu menunjang proses belajar seseorang. Belajar akan
mampu berhasil dengan maksimal jika menerapkan komunikasi yang baik dengan
orang lain, baik sesama peserta didik, guru, maupun orang-orang yang terkait dengan
materi yang dipelajari.
Tokoh
yang mendalami social approach diantaranya Bandura dan Vygotsky. Seperti dalam
teori kognitif sosial, Bandura yakin bahwa anak belajar tidak hanya melalui
pengalamannya tetapi juga melalui pengamatan., yakni mengamati apa yang
dilakukan oleh orang lain. Ini membuktikan bahwa kita selalu memerlukan orang
lain sebagai bahan belajar ataupun menambah informasi. Vygotsky menyatakan
bahwa peran
lingkungan terutama lingkungan sosial dan budaya anak-anak dalam mendorong
pertumbuhan anak.
Banyak
keuntungan yang didapat dari penerapan pendekatan interaksi atau sosial ini.
Motivasi dan kesempatan untuk maju bisa lebih berkembang karena dengan
berinteraksi dengan orang lain terkadang kita mendapatkan masukan ataupun
inspirasi sehingga mampu membantu proses kemajuan kita.
Contoh
penerapan:
Kita
sebagai guru bisa menerapkan model cooperative atau belajar kelompok. Dengan
metode tersebut siswa akan saling memberi dan menerima masukan/ motivasi
ataupun menjalin bekerjasama dengan baik dalam suatu kegiatan sehingga akan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk mampu bekerja kelompok diperlukan sikap
saling menghargai, karena terkadang untuk menyatukan beragam keinginan
diperlukan pemahaman akan kesepakatan di atas kebersamaan.
Contoh
lain yakni saat saya melakukan pembelajaran kemudian saya ada siswa yang tertinggal atau belum menguasai suatu
materi pelajaran terkadang saya mengarahkan siswa untuk melakukan tutor sebaya.
Saya meminta salah siswa yang sudah menguasai untuk membantu temannya yang
belum. Hal ini merupakan salah satu bentu penerapan pendekatan sosial dalam
pembelajaran.
J. TECHNOLOGICAL APPROACH
Pendekatan
berbasis teknologi adalah pemanfaatan produk teknologi sebagai bagian dari
suatu kegiatan, khususnya pembelajaran. Perkembangan teknologi maju dengan
pesatnya. Kita harus mampu menyesuaikan supaya tidak tertinggal dengan negara
lain. Dalam dunia pendidikan teknologi menjadi hal yang sangat menguntungkan
karena mampu mempermudah dan mempercepat dalam menyelesaikan berbebagi
pekerjaan. Dalam kegiatan pembelajaran teknologi
mampu memberikan kemudahan bagi guru ataupun siswa dalam belajar. Kita sebagai
guru juga dituntut untuk mampu mengoperasikan berbagai bentuk teknologi supaya
mampu membelajarkan kepada siswanya.
Salah
satu produk teknologi yang sering dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah
computer atau labtop. Penggunaan
computer dalam pembelajaran memungkinkan instruksi untuk memasukkan multimedia
seperti teks, grafik, suara, dan video yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik dengan gaya belajar yang berbeda. Aplikasi yang paling umum digunakan
dalam pembelajaran adalah PowerPoint. PPt merupakan aplikasi yang sangat mudah
dipelajari dan mudah untuk digunakan.
Komputer
merupakan suatu alat yang memiliki fasilitas sangat lengkap sehingga apa yang
kita butuhkan dalam suatu kegiatan terkadang mudah kita temukan di computer
maupun dalam aplikasi di dalamnya. Komputer diperkaya dengan instruksi yang
didefinisikan sebagai kegiatan belajar dimana computer:
1.
Menghasilkan data atau permintaan siswa
untuk menggambarkan hubungan dalam model realitas sosial atau fisik.
2.
Mengeksekusi program yang dikembangkan
oleh siswa, atau
3.
Memberikan pengayaan umum dalam latihan
yang relatif tidak terstruktur dirancang untuk merangsang dan memotivasi siswa.
Penerapan
computer dalam pembelajaran memiliki dua tipe dasar, yaitu computer sebagai
guru dan computer sebagai alat. Dalam klasifikasi guru, computer harus
difungsikan sebagai pemberi informasi dan pengendali lingkungan belajar.
Sedangkan computer sebagai alat lebih berperan sebagai sarana untuk
menyampaikan informasi yang akan diberikan kepada siswa.
Contoh
penerapan:
Sebagai
seorang guru kita dituntut untuk mampu meneraokan pendekatan teknologi dalam
kegiatan pembelajaran. Saya sendiri sering menggunakan teknologi dalam
pembelajaran karena kebetulan fasilitas di sekolah saya memadai sehingga selalu
diberikan kemudahan untuk menrepakannya. Misalkan saja dalam pembelajaran saya
menggunakan aplikasi PPt sebagai bahan untuk menyampaikan suatu materi, contoh
bangun ruang. Saya menyiapkan PPt satu hari sebelum pembelajaran dilakukan.
Saya mengambil foto benda-benda sekitar yang memiliki bentuk seperti bangun
ruang, contoh: drum, topi petani, gelas, bola, dan benda lain yang sekiranya
tidak ada di kelas. Untuk contoh benda berbenatuk bangun ruang yang ada di
dalam kelas saya cukup menunjukkannya secara langsung, missal almari dan kotak
kapur. Selain mengambil foto saya juga mencari gambar-gambar lain di internet.
Saya menyusun materi semenarik mungkin. Beberapa animasi coba saya berikan
dalam materi presentasi supaya lebih membuat suasana lebih hidup.
2. Menghubungkan
berbagai macam teori belajar/ alur pikir siswa tersebut dan menjelaskannya
dengan baik
Belajar adalah menjadi bagian paling inti dari proses pendidikan, meskipun
sebagian besar dari proses belajar setiap orang terjadi di luar sekolah. Selama ribuan tahun, filsuf dan
psikolog telah berusaha untuk memahami sifat pembelajaran, bagaimana hal itu
terjadi, dan bagaimana seseorang dapat mempengaruhi pembelajaran orang lain
melalui pengajaran dan usaha sejenis. Berbagai teori pembelajaran telah
diusulkan, dan teori-teori ini berbeda untuk berbagai alasan.
Dari
teori belajar/ alur pikir siswa tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.
Semuanya memiliki muara yang sama yakni peningkatan hasil belajar. Kita sebagai
guru harus bisa mengusai berbagai teori belajar guna mencapai kualitas
pembelajaran yang baik. Selain itu dengan mempelajari berbagai teori pembelajaran
diharapkan kita lebih bisa memahami karakteristik peserta didik, jadi kita akan
bisa memberikan stimulus ataupun respon yang sesuai untuk peserta didik.
Penguasaan
teori belajar juga bermanfaat tatkala kita menghadapi berbagai permasalahan
dalam pembelajaran. Setiap hari kita berinteraksi dengan peserta didik dan
menghadapi berbagai materi pembelajaran yang berbeda tentu akan menemui banyak
kendala. Dengan bekal pemahaman teori yang luas diharapkan mampu mengurangi
permasalahan yang kita hadapi.
Seperti
yang disampaikan di atas bahwa semua teori pembelajaran di atas saling
berhubungan. Bahkan beberapa tokoh pencetus dari teori tersebut juga merupakan
orang yang sama. Selain itu, teori tersebut saling melengkapi sehingga setiap
teori memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
HUBUNGAN ANTAR TEORI
PEMBELAJARAN
|
Behaviorism
|
Social kognitive theory
|
Cognitive information processing
|
Meaningful learning
|
Developmental approach
|
Social formation theory
|
Representation and discovery
|
Constructivis approach
|
Social approach
|
Technological approach
|
Behaviorism
|
|
Behaviorisme
mendasari perkembangan dari social cognitive theory
|
|
|
|
SUDAH
|
|
SUDAH
|
Behaviorism
mendasari perkembangan pendekatan sosial.
|
|
Social cognitive
theory
|
SUDAH
|
|
Memiliki
kesamaan memiliki satu penekanan pada proses kognitif
|
|
SUDAH
|
SUDAH
|
|
SUDAH
|
Salah
satu pembahasan dalam teori ini adalah hubungan sosial
|
|
Cognitive information processing
|
|
SUDAH
|
|
Informasi
menjadi alat untuk dimulainya proses belajar siswa.
|
SUDAH
|
|
SUDAH
|
SUDAH
|
|
SUDAH
|
Meaningful learning
|
|
|
SUDAH
|
|
|
|
Sama-sama
menekankan belajar menemukan.
|
SUDAH
|
|
Untuk
bisa menerapkan pemelajaran bermakna bisa dengan menggunakan teknologi dlm pembelaj.
|
Developmental approach
|
|
Kognitif
adalah salah satu bagian dr pendekatan perkembangan.
|
Pendekatan
perkembangan mencakup perkembangan kognitif (Piaget)
|
|
|
|
Bruner
adalah salah satu tokoh perkembangan yg jg representation and discovery.
|
|
|
|
Social formation
|
Penekanan
pada tingkah laku dlm berinteraksi
|
Sama-sama
memiliki unsur sosial
|
|
|
|
|
|
|
SUDAH
|
SUDAH
|
Representation and discovery
|
|
|
Kesamaan
dlm strategi kognitif
|
SUDAH
|
SUDAH
|
|
|
SUDAH
|
|
|
Constructivis approach
|
Dari
hasil hasil belajar akan mengalami perubahan sikap/tgkh laku
|
Tingkah
laku adl hasil interaksi sosial
|
Kesamaan
pada pengethuan
|
Makna
dari pembelajaran bermakna adalah siswa mampu menggabungkan pengetahuan awal
dengan informasi yang diperoleh
|
|
|
Mengkonstruk
penget. Adl bagian dr pembelaj bermakna
|
|
|
|
Social approach
|
SUDAH
|
|
|
|
|
Teori
formasi sosial mendasi terbentuknya pendekatan sosial
|
|
|
|
|
Technological approach
|
|
|
Bentuk
pemrosesan informasi bisa dgn pembelajaran berbasis teknologi
|
SUDAH
|
|
Awal
terbentuknya teori ini merupakan hubungan antara siswa dengan alat/ sarana
saja.
|
|
|
|
|
Keterangan: Tulisan yang ada di kolom tengah
merupakan hubungan antara kedua teori
PETA KONSEP HUBUNGAN TEORI BELAJAR
VERSI 2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Aslm good, teruskan. Wslm
BalasHapusTerimakasih komentarnya pak. Akan saya teruskan...
BalasHapussemangat mbak titi...
BalasHapus