Senin, 13 April 2015

Tugas Peta Konsep



 PETA KONSEP TEORI BERPIKIR/ BELAJAR SISWA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Learning Trajectory oleh Prof. Marsigit



Disusun oleh :
Titi Suryansah                 (14712259011)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015


1.      Mereview berbagai macam teori belajar/ alur piker siswa
A.    BEHAVIORISM THEORY
Tokoh yang terkenal dari teori behaviorism antara lain Thorndike, Skinner, Pavlov, Bandura dan Watson. Teori ini mengandung arti bahwa belajar dapat berkembang jika selalu berinteraksi dengan lingkungan. Teori behaviorism menekankan pada teoori tentang tingkah laku manusia. Perilaku menurut pendekatan ini ialah hal-hal yang berubah dan dapat diamati.
Proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok, yaitu stimulus, respon, dan akibat. Stimulus adalah sesuatu yang datang dari lingkungan yang dapat membangkitkan respon individu. Respon menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat adalah sesuatu yang terjadi setelah individu merespon baik yang bersifat positif maupun negatif. Reinforcement (penguatan) menjadi prinsip utama dalam memperkuat hasil belajar pada diri setiap individu. Reinforcement sendiri memiliki dua jenis, yakni reinforcemen positif yang biasa disebut reward dan reinforcement yang bersifat negative yang biasa disebut punishment.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement (Reward and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses
Contoh penerapan:
Jika guru mampu menerapkan pembelajaran yang menarik dan berusaha memberikan fasilitas kepada siswanya tentu siswa akan memberikan tanggapan yang positif. Tanggapan positif tadi bisa berupa perhatian, rasa senang mengikuti pembelajaran, tertarik, keinginan untuk terus mengikuti setiap pembelajaran yang dilaksanakan gurunya, dll.
Guru hendaknya memberikan reinforcement pada perilaku atau suatu hal yang dilakuakan oleh siswa. Misalkan saja saat siswa melakukan kesalahan yakni tidak mengerjakan PR. Guru bisa memberikan hukuman, misalkan keluar kelas. Dengan pemberian reinforcement negative (punishment) maka siswa akan tahu bahwa apa yang dilakukannya tidak benar dan kedepannya siswa akan berusaha tidak mengulanginya kembali.
Contoh lain yakni ketika saya dulu SMU, guru Bahasa Jerman saya Ibu Tripi Ganesha selalu memberikan coklat silver queen sebagai bentuk reward kepada semua siswa yang mendapatkan nilai 10 saat ulangan harian. Dengan pemberian hadiah tersebut siswa yang sudah pernah mendapatkan silver queen akan berusaha terus supaya ulangan berikutnya mendapatkan hadiah yang sama. Apa yang dilakukan Bu Tripi mampu memberikan motivasi kepada siswa lain yang belum mendapatkan 10 termasuk saya untuk terus belajar dan berusaha mendapatkan nilai 10.

B.     SOCIAL KOGNITIVE THEORY
Teori kognitif sosial diperkenalkan oleh Albert Bandura. Teori ini memiliki sifat natural atau alamiah serta lebih menekankan pada pengamatan bukan pengalaman. Kita lebih mengenalnya dengan sebutan modeling. Teori ini berkaitan dengan proses dan hasil belajar. Tiga unsur yang ada mempengaruhi proses belajar dalam teori ini, yakni:
1.    Person (orang yang melakukan proses belajar)
2.    Behavior (tingkah laku), dan
3.    Situation (kondisi, bisa termasuk lingkungan)
Penekanan dari teori kognitif sosial tadi yakni unsure modeling. Jadi pengamatan menjadi hal yang utama sebagai cara untuk mencari contoh atau sesuatu yang bisa digunakannya untuk inspirasi bagi dirinya yang kemudian dia pahami dan bisa ditiru sehingga memunculkan perilaku seperti yang diharapkan.
Bandura juga menyampaikan bahwa seseorang akan merasa bosan untuk belajar tatkala hanya mengandalkan coba-coba saja tanpa adanya suatu bentuk model yang mampu memunculkan sebuah inspirasi baginya.
Albert Bandura juga mengenalkan Self Efficacy, yakni sebagai bentuk penilaian seseorang tentang kemampuan sendiri untuk melakukan suatu tindakan berhasil. Self Efficacy mampu memberikan ketahanan diri yang baik sehingga pelaku belajar akan pantang menyerah meskipun banyak sekali tantangan yang harus dihadapi.
Contoh penerapannya:
Pengalaman yang saya alami yakni ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar, saya menyukai dengan guru IPA di sekolah saya. Namanya Bu Wati. Beliau guru yang menyenangkan. Beliau sering malakukan berbagai percobaan dan melakukan variasi pembelajaran. Bu Wati juga menjaga kedekatan dengan siswa-siswanya, termasuk saya. Saya sangat mengidolakan beliau dari SD. Sejak saat itu saya mulai terinspirasi untuk menjadi seorang guru seperti beliau. Dari inspirasi yang saya dapatkan saya terus berusaha supaya bisa masuk sekolah jurusan keguruan. Saya terus belajar supaya bisa meraih cita-cita yang saya impikan, yakni menjadi guru seperti Bu Wati. Dengan perjuangan yang sangat berat Alhamdulillah harapan saya terwujud. Saya sekarang bisa menjadi seorang guru SD. Terkadang saya juga teringat gaya mengajar Bu Wati yang sering saya tiru dengan harapan mampu mendekatkan hubungan guru dengan siswa. Ternyata teori yang disampaikan oleh Bandura memang terbukti. Model mampu merubah tingkah laku seseorang supaya mau berusaha untuk mengikuti apa atau siapa yang menjadi modelnya.

C.     COGNITIVE INFORMATION PROCESSING
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menekankan pentingnya proses-proses kognitif, seperti persepsi, seleksi perhatian, memori, dan strategi kognitif. Teori pemrosesan informasi didasarkan pada tiga asumsi umum, yakni: pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi, individu-individu memproses informasi dari lingkungan, dan adanya keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan asumsi di atas dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan pada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti memcahkan masalah dan berfikir.
Tokoh dalam teori ini diantaranya Piaget dan Gagne. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
                  Proses belajar  pada teori pemrosesan informasi yaitu sebagai berikut:
1.         Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan dikenal sebagai informasi.
2.         Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3.         Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

D.    MEANINGFUL LEARNING THEORY
David Ausubel adalah salah satu contoh tokoh dalam meaningful learning (pembelajaran bermakna). Dia mengklasifikasikan belajar ke dalam dua dimensi, yang pertama yaitu: informasi siswa dimana siswa memperoleh informasi melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang diperolehnya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Jika siswa hanya menerima informasi baru tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya saat itulah terjadi belajar hapalan. Namun, saat siswa mampu mengolah informasi yang didapatnya kemudian mengaitkan  dengan pengetahuan sebelumnya itulah yang disebut dengan belajar bermakna.
Menurut Ausubel ada factor yang mempengaruhi kebermaknaan suatu pembelajaran, antara lain: struktur kognitif yang sudah ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sebagai guru hendaknya kita mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna. Dengan begitu siswa akan lebih mudah mengingat, memahami, dan mengerti dengan apa yang dipelajarinya. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan guna menciptakan jenis pembelajaran yang bermakna, seperti: menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lain, melakukan penelitian sebagai bentuk pembuktian dari teori yang telah dipelajari sebelumnya, berkunjung atau pengamatan langsung terhadap suatu obyek, misalkan: pasar, warung, kandang hewan, dll.
Contoh penerapannya:
Saat kita mengajar di kelas tentang menjumlahkan bilangan dua angka. Kemampuan penjumlahan bilangan tersebut akan lebih bermakna jika siswa tersebut sudah paham konsep penjumlahan satu angka. Konsep penjumlahan dua angka sebagai informasi baru akan dikaitkan dengan konsep penjumlahan satu angka yang sudah dikuasainya.

E.     DEVELOPMENTAL APPROACH
Berdasarkan teori perkembangan cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak. Proses kognitif turut ambil bagian selama proses belajar berlangsung. Tahap perkembangan kognitif individu menjadi pertimbangan utama berlangsungnya proses belajar, karena aliran ini meyakini adanya tahap-tahap perkembangan kognitif individu yang sesuai dengan usianya.
Salah satu ilmuwan yang melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif individu adalah Jean Piaget. Hipotesis Piaget dirumuskan bahwa setiap tahap perkembangan terjadi secara berurutan dan tidak ada tahap bisa terlewatkan. Sayarat utama terjadinya perkembangan yaitu:
1.    Asimilasi, memasukkan struktur logis baru / skema ke yang sudah ada bahwa kita kemudian berlaku untuk dunia di sekitar kita.
2.    Akomodasi, memodifikasi strultur logis atau skema untuk kesepakatan yang lebih baik dengan lingkungan.
3.    Egosentrisme, kegagalan untuk memahami bagaimana titik orang lain pandang mungkin berbeda dari mereka sendiri.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget membagi proses perkembangan ke dalam empat tahapan, yaitu:
1.    Periode Sensorimotor (0 – 2 th)
     Periode ini ditandai dengan penggunaan sensori motorik yang intensif terhadap dunia di sekitarnya. Prestasi yang dicapai dalam periode ini adalah perkembangan bahasa, hubungan tentang objek, kerangka berfikir, pembentukan pengertian, dan pengenalan hubungan sebab akibat. Contoh perilaku kognitif yang tampak pada tahap ini adalah menyadari dirinya berbeda dari benda di sekitarnya, mampu mendefinisikan objek/ benda dengan memanipulasinya, mulai memahami ketepatan makna suatu objek yang posisinya berubah-ubah, dll.
2.    Periode Praoperasional (2 – 7 th )
     Periode ini anak-anak menggunakan symbol untuk mewakili tahapan sebelumnya menemukan. Bahasa, memori, melakukan koleksi benda berdasarkan suatu cirri tertentu dan menyusunnya, dll.
3.    Periode Operasional Konkret (7 – 11 th )
     Tiga kemampuan dan kecakapan baru yang menandai periode ini adalah mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan. Perilaku kognitif yang tamapak pada periode ini ialah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkret.
4.    Periode Operasional Formal (11th – dewasa )
     Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika format yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkret. Perilaku kognitif yang tampak antara lain: kemampuan berpikir hipotetik-deduktif, mengembangkan suatu kemungkinan, kemampuan menarik generalisasi dan inferensi dari berbagai kategori objek yang beragam, dll.
Contoh penerapannya:
Pada tahap operasional konkret sebagain besar berada pada masa Sekolah Dasar. Pada tahap ini guru menyesuaikan bentuk pembelajaran yang mana lebih banyak menggunakan benda-benda konkret dalam melakukan pembelajaran. Hal dimaksudkan supaya sesuai dengan tahap perkembangan siswa sehingga penanaman konsep mampu dipahami siswa secara mendalam.
Selain Piaget, Bruner juga merupakan tokoh pendekatan perkembangan karena menurutnya siswa memiliki tahapan dalam melakukan proses belajar. Seperti yang disampaikan dalam teori representation and discovery learning bahwa tahapan belajar siswa menurut Bruner adalah tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

F.      SOCIAL FORMATION THEORY
Teori yang pertama kali dikembangkan tentang teori ini adalah tahun 1920 yang dikenal dengan teori aktivitas. Teori ini berbunyai bahwa ketika individu berinteraksi dengan lingkungan mereka kemudian mereka menyibukkan diri dengan produksi dan menggunakan alat-alat untuk mendapatkan hasil. Alat ini exteriorized bentuk proses mental dan sebagai proses mental ini berubah menjadi alat, mereka menjadi mudah diakses dan menular pada orang lain. Hasil akhirnya adalah bahwa dasar interaksi sosial didukung oleh criteria eksternal.
Tokoh dari teori ini antara lain: Vygotsky, Luria, Alexei Nikolaevich, dan Yrjo Engestrom. Awalnya pendekatan interaksi ini hanya menekankan pada interaksi dengan lingkungan yakni benda-benda  atau artefak di sekitarnya.
Kegiatan Teori Model
Kegiatan teori mengusulkan model yang berbeda untuk menjelaskan bagaimana kegiatan yang dilakukan. Model pertama dikenalkan oleh Vygotsky. Dia menjelaskan bahwa alat yang digunakan untuk menengahi antara subjek dan objek atau tujuan kegiatan. Kegiatan selesai dalam rangka untuk mencapai yang diinginkan hasil.
Seiring berjalannya waktu, Engestrom mengembangkan teori dasar dari Vygotsky. Generasi kedua ini mengambangkan komponen interaksi yang mana tidak hanya sekedar lingkungan dan benda-benda saja namun mencakup masyarakat, aturan, serta pembagian kerja. Model ini menggambarkan bagaimana pengaruh sosial baru berhubungan satu sama lain. 


Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa subjek terkait dengan pembagian kerja. Tanpa variable tambahan, masyarakat, subyek tidak mampu membagi tugas agar tujuan yang akan dicapai. Aturan tidak akan berlaku untuk individu tanpa membuat masyarakat yakin bahwa mereka diikuti.

G.    REPRESENTATION AND DISCOVERY LEARNING
Salah satu tokoh dari teori ini adalah Jerome Bruner. Bruner mengenalkan tiga mode representasi yakni keyakinanya pada belajar, bahasa, dan belajar penemuan. Bruner memegang keyakinan berikut mengenaui pembelajaran dan pendidikan:
1.    Dia percaya kurikulum harus mendorong pengembangan kemampuan memecahkan masalah melalui proses penyelidikan dan penemuan.
2.    Dia percaya bahwa materi pelajaran harus terwakili dalam hal cara anak memandang dunia.
3.    Kurikulum yang harus dirancang sedemikian rupa sehingga penguasaan keterampilan mengarah ke penguasaan yang lebih kuat.
4.    Dia menganjurkan mengajar dengan mengadakan konsep dan belajar dengan penemuan.
5.    Akhirnya ia percaya budayaharus membentuk pengertian  dimana orang mengatur pandangan mereka tentang diri mereka sendiri dan orang lain dan dunia dimana mereka tinggal.
Jerome Bruner mengenalkan tiga tahapan representatif kognitif, yaitu:
1.    Enaktif, representasi pengetahuan melalui tindakan. Tahap ini melibatkan encoding dan penyimpanan informasi. Ada manipulasi langsung objek tanpa representasi internal dari objek.
2.    Ikonik, ringkasan visual gambar. Tahap ini muncul dari anak umur 1 – 6 tahun. Tahap ini melibatkan representasi internal objek eksternal secara visual dalam bentuk gambar ikon.
3.    Simbolik, penggunaan kata-kata dan symbol lain untuk menggambarkan pengalaman. Tahap ini pada umur tujuh tahun ke atas. Tahap ini informasi disimpan dalam bentuk kode atau symbol seperti bahasa. Setiap symbol memiliki hubungan yang tetap dengan sesuatu yang diwakilinya.
Bruner mempercayai bahwa proses pembelajaran melalui tahap-tahapan di atas. Bruner juga percaya bahwa pembelajaran harus dimulai dari manipulasi langsung objek. Konsep pembelajaran penemuan menunjukkan bahwa siswa membangun pengetahuan sendiri untuk diri mereka sendiri dengan menemukan. Menurut Bruner, guru harus memfasilitasi proses pembelajaran dengan mengembangkan pembelajaran yang menyediakan pelajar dengan informasi yang mereka butuhkan tanpa mengorganisir untuk mereka. Gagasan pembelajaran penemuan sering disebut sebagai konstruktivisme, yang menekankan peran aktif pelajar dalam membangun pemahaman.

H.    CONSTRUCTIVIST APPROACH
Pendekatan konstruktivistik adalah sebuah pendekatan yang menekankan bahwa belajar sebagai sebuah proses membangun pengetahuan dan keterampilan berdasarkan fakta atau pengalamannya sendiri. Pendekatan ini mempelajari tentang bagaimana orang belajar, yang mana meliputi behaviorisme dan teori kognitif. Jadi pembelajaran dengan pendekatan ini tidak hanya sekedar menghafal saja. Namun yang terpenting adalah proses mengkonstruk pengetahuan tersebut. Siswa dituntut untuk aktif dan kreatif supaya bisa mengembangkan pendekatan ini.
Tiga tokoh terkenal yang mengembangkan pendekatan konstruktivistik yaitu Bruner, Piaget, dan Vygotsky. Menurut Bruner menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses penemuan. Dalam teorinya Bruner dapat kita simpulkan bahwa pentingnya guru dalam membantu siswa supaya  mampu memahami apa yang ia pelajari serta siswa dapat terlibat secara aktif sehingga mampu menemukan pengetahuan atau pengalamannya sendiri.
Piaget menyampaikan bahwa anak memiliki sikap rasa ingin tahu dan akan terus berusaha memahami dunianya. Pengetahuan yang dimiliki anak akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia semakin banyak pengalaman yang didapatkannya. Selanjutnya Vygotsky menjelaskan bahwa pengetahuan anak akan bertambah saat berhadapan dengan pengalaman dan pengetahuan baru. Dalam mendapatkan pengetahuan baru anak berusaha mengaitakn pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru ia dapatkan, kemudia anak membangun pengertian barunya.
Sebagai seorang guru hendaknya kita mampu menerapkan jenis pendekatan ini karena siswa akan terlatih untuk membuat suatu system pemikiran sehingga mampu mengonsep pengetahuan sesuai dengan pikirannya. Guru harus mampu mengarahkan jika ada kesalahan siswa dalam mengonstruk suatu pengetahuannya. Guru hendaknya mampu memfasilitasi siswa sehingga siswa bisa mengembangkan kreatifitas dan keaktifannya demi pengetahuan yang sebenarnya. 
Contoh penerapannya:
Bentuk penerapan pendekatan konstruktivistik yakni dengan mengajak siswa untuk belajar di luar kelas setelah sebelumnya ditanamkan sebuah konsep. Misalkan saja saat mempelajari nama-nama hewan dan bunga di kelas I, guru bisa mengajaknya keliling sekolah untuk melihat dan menunjukkan bunga-bunga berdasarkan nama yang dikenalkan gurunya waktu di dalam kelas. Untuk melihat hewan, guru bisa mengajak siswa untuk pergi ke kandang hewan milik tetangga sekolah. Dengan pembelajaran yang demikian diharapkan siswa mampu mengkonstruk pengetahuannya sendiri tentang cirri-ciri bunga atau hewan berdasarkan pengamatannya.

I.       SOCIAL APPROACH
Dari namanya saja sudah bisa kita tebak bahwa jenis pendekatan ini lebih menekankan pentingnya berinteraksi dalam suatu pembelajaran. Melalui interaksi dengan orang lain diharapkan mampu menunjang proses belajar seseorang. Belajar akan mampu berhasil dengan maksimal jika menerapkan komunikasi yang baik dengan orang lain, baik sesama peserta didik, guru, maupun orang-orang yang terkait dengan materi yang dipelajari.
Tokoh yang mendalami social approach diantaranya Bandura dan Vygotsky. Seperti dalam teori kognitif sosial, Bandura yakin bahwa anak belajar tidak hanya melalui pengalamannya tetapi juga melalui pengamatan., yakni mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain. Ini membuktikan bahwa kita selalu memerlukan orang lain sebagai bahan belajar ataupun menambah informasi. Vygotsky menyatakan bahwa peran lingkungan terutama lingkungan sosial dan budaya anak-anak dalam mendorong pertumbuhan anak.
Banyak keuntungan yang didapat dari penerapan pendekatan interaksi atau sosial ini. Motivasi dan kesempatan untuk maju bisa lebih berkembang karena dengan berinteraksi dengan orang lain terkadang kita mendapatkan masukan ataupun inspirasi sehingga mampu membantu proses kemajuan kita.
Contoh penerapan:
Kita sebagai guru bisa menerapkan model cooperative atau belajar kelompok. Dengan metode tersebut siswa akan saling memberi dan menerima masukan/ motivasi ataupun menjalin bekerjasama dengan baik dalam suatu kegiatan sehingga akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk mampu bekerja kelompok diperlukan sikap saling menghargai, karena terkadang untuk menyatukan beragam keinginan diperlukan pemahaman akan kesepakatan di atas kebersamaan. 
Contoh lain yakni saat saya melakukan pembelajaran kemudian saya ada siswa  yang tertinggal atau belum menguasai suatu materi pelajaran terkadang saya mengarahkan siswa untuk melakukan tutor sebaya. Saya meminta salah siswa yang sudah menguasai untuk membantu temannya yang belum. Hal ini merupakan salah satu bentu penerapan pendekatan sosial dalam pembelajaran.

J.       TECHNOLOGICAL APPROACH
Pendekatan berbasis teknologi adalah pemanfaatan produk teknologi sebagai bagian dari suatu kegiatan, khususnya pembelajaran. Perkembangan teknologi maju dengan pesatnya. Kita harus mampu menyesuaikan supaya tidak tertinggal dengan negara lain. Dalam dunia pendidikan teknologi menjadi hal yang sangat menguntungkan karena mampu mempermudah dan mempercepat dalam menyelesaikan berbebagi pekerjaan.  Dalam kegiatan pembelajaran teknologi mampu memberikan kemudahan bagi guru ataupun siswa dalam belajar. Kita sebagai guru juga dituntut untuk mampu mengoperasikan berbagai bentuk teknologi supaya mampu membelajarkan kepada siswanya.
Salah satu produk teknologi yang sering dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah computer atau  labtop. Penggunaan computer dalam pembelajaran memungkinkan instruksi untuk memasukkan multimedia seperti teks, grafik, suara, dan video yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan gaya belajar yang berbeda. Aplikasi yang paling umum digunakan dalam pembelajaran adalah PowerPoint. PPt merupakan aplikasi yang sangat mudah dipelajari dan mudah untuk digunakan.
Komputer merupakan suatu alat yang memiliki fasilitas sangat lengkap sehingga apa yang kita butuhkan dalam suatu kegiatan terkadang mudah kita temukan di computer maupun dalam aplikasi di dalamnya. Komputer diperkaya dengan instruksi yang didefinisikan sebagai kegiatan belajar dimana computer:
1.    Menghasilkan data atau permintaan siswa untuk menggambarkan hubungan dalam model realitas sosial atau fisik.
2.    Mengeksekusi program yang dikembangkan oleh siswa, atau
3.    Memberikan pengayaan umum dalam latihan yang relatif tidak terstruktur dirancang untuk merangsang dan memotivasi siswa.
Penerapan computer dalam pembelajaran memiliki dua tipe dasar, yaitu computer sebagai guru dan computer sebagai alat. Dalam klasifikasi guru, computer harus difungsikan sebagai pemberi informasi dan pengendali lingkungan belajar. Sedangkan computer sebagai alat lebih berperan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi yang akan diberikan kepada siswa.
Contoh penerapan:
Sebagai seorang guru kita dituntut untuk mampu meneraokan pendekatan teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Saya sendiri sering menggunakan teknologi dalam pembelajaran karena kebetulan fasilitas di sekolah saya memadai sehingga selalu diberikan kemudahan untuk menrepakannya. Misalkan saja dalam pembelajaran saya menggunakan aplikasi PPt sebagai bahan untuk menyampaikan suatu materi, contoh bangun ruang. Saya menyiapkan PPt satu hari sebelum pembelajaran dilakukan. Saya mengambil foto benda-benda sekitar yang memiliki bentuk seperti bangun ruang, contoh: drum, topi petani, gelas, bola, dan benda lain yang sekiranya tidak ada di kelas. Untuk contoh benda berbenatuk bangun ruang yang ada di dalam kelas saya cukup menunjukkannya secara langsung, missal almari dan kotak kapur. Selain mengambil foto saya juga mencari gambar-gambar lain di internet. Saya menyusun materi semenarik mungkin. Beberapa animasi coba saya berikan dalam materi presentasi supaya lebih membuat suasana lebih hidup.

2.      Menghubungkan berbagai macam teori belajar/ alur pikir siswa tersebut dan menjelaskannya dengan baik
Belajar adalah menjadi bagian paling inti dari proses pendidikan, meskipun sebagian besar dari proses belajar setiap orang terjadi di luar sekolah. Selama ribuan tahun, filsuf dan psikolog telah berusaha untuk memahami sifat pembelajaran, bagaimana hal itu terjadi, dan bagaimana seseorang dapat mempengaruhi pembelajaran orang lain melalui pengajaran dan usaha sejenis. Berbagai teori pembelajaran telah diusulkan, dan teori-teori ini berbeda untuk berbagai alasan.
Dari teori belajar/ alur pikir siswa tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Semuanya memiliki muara yang sama yakni peningkatan hasil belajar. Kita sebagai guru harus bisa mengusai berbagai teori belajar guna mencapai kualitas pembelajaran yang baik. Selain itu dengan mempelajari berbagai teori pembelajaran diharapkan kita lebih bisa memahami karakteristik peserta didik, jadi kita akan bisa memberikan stimulus ataupun respon yang sesuai untuk peserta didik.
Penguasaan teori belajar juga bermanfaat tatkala kita menghadapi berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Setiap hari kita berinteraksi dengan peserta didik dan menghadapi berbagai materi pembelajaran yang berbeda tentu akan menemui banyak kendala. Dengan bekal pemahaman teori yang luas diharapkan mampu mengurangi permasalahan yang kita hadapi.
Seperti yang disampaikan di atas bahwa semua teori pembelajaran di atas saling berhubungan. Bahkan beberapa tokoh pencetus dari teori tersebut juga merupakan orang yang sama. Selain itu, teori tersebut saling melengkapi sehingga setiap teori memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.


HUBUNGAN ANTAR TEORI PEMBELAJARAN

Behaviorism
Social kognitive theory
Cognitive information processing
Meaningful learning
Developmental approach
Social formation theory
Representation and discovery
Constructivis approach
Social approach
Technological approach
Behaviorism

Behaviorisme mendasari perkembangan dari social cognitive theory



SUDAH

SUDAH
Behaviorism mendasari perkembangan pendekatan sosial.

Social cognitive
theory
SUDAH

Memiliki kesamaan memiliki satu penekanan pada proses kognitif

SUDAH
SUDAH

SUDAH
Salah satu pembahasan dalam teori ini adalah hubungan sosial

Cognitive information processing

SUDAH

Informasi menjadi alat untuk dimulainya proses belajar siswa.
SUDAH

SUDAH
SUDAH

SUDAH
Meaningful learning


SUDAH



Sama-sama menekankan belajar menemukan.
SUDAH

Untuk bisa menerapkan pemelajaran bermakna bisa dengan menggunakan teknologi dlm pembelaj.
Developmental approach

Kognitif adalah salah satu bagian dr pendekatan perkembangan.
Pendekatan perkembangan mencakup perkembangan kognitif (Piaget)



Bruner adalah salah satu tokoh perkembangan yg jg representation and discovery.



Social formation
Penekanan pada tingkah laku dlm berinteraksi
Sama-sama memiliki unsur sosial






SUDAH
SUDAH
Representation and discovery


Kesamaan dlm strategi kognitif
SUDAH
SUDAH


SUDAH


Constructivis approach
Dari hasil hasil belajar akan mengalami perubahan sikap/tgkh laku
Tingkah laku adl hasil interaksi sosial
Kesamaan pada pengethuan
Makna dari pembelajaran bermakna adalah siswa mampu menggabungkan pengetahuan awal dengan informasi yang diperoleh


Mengkonstruk penget. Adl bagian dr pembelaj bermakna



Social approach
SUDAH




Teori formasi sosial mendasi terbentuknya pendekatan sosial




Technological approach


Bentuk pemrosesan informasi bisa dgn pembelajaran berbasis teknologi
SUDAH

Awal terbentuknya teori ini merupakan hubungan antara siswa dengan alat/ sarana saja.





Keterangan: Tulisan yang ada di kolom tengah merupakan hubungan antara kedua teori

PETA KONSEP HUBUNGAN TEORI BELAJAR VERSI I





PETA KONSEP HUBUNGAN TEORI BELAJAR VERSI 2












 


3 komentar: